Baru-baru ini saya tidak sengaja mendengar seseorang mengeluh di sebuah acara tentang betapa lebih mudahnya bertemu dengan orang yang bekerja di startup dibanding menemukan teman kencan.
Meski terdengar sebagai sebuah kenyataan pahit bagi dunia perkencanan, keluhan tersebut menunjukkan perkembangan ekosistem startup di Asia. Kita melihat optimisme yang tinggi terhadap ranah startup di kawasan ini – sebuah sentimen yang juga digaungkan oleh Eduardo Saverin pada sebuah konferensi teknologi di Hong Kong baru-baru ini.
Mengenalkan startup kamu sekadar predikat ‘Uber untuk X’ atau ‘Airbnb untuk Y’ tentu tidaklah cukup. Sebuah ide tidak akan bertahan lama jika hanya merupakan versi lebih bagus dari produk atau layanan yang sudah ada.
Sebagai contoh, aplikasi mobile dari sebuah situs pemesanan akomodasi bisa dengan mudah digantikan oleh startup lain yang menawarkan akses lebih cepat, inventaris lebih lengkap, dan antarmuka yang lebih baik bagi penggunanya.
Meskipun saya tidak punya ‘resep rahasia’ untuk kesuksesan sebuah startup, saya merujuk kata-kata bijak dari Albert Einstein:
“Jika saya punya waktu satu jam untuk menyelesaikan sebuah masalah, saya akan menghabiskan 55 menit untuk memikirkan masalah tersebut dan 5 menit untuk memikirkan solusinya.”
Setiap startup dengan valuasi besar tahu bahwa benar-benar memahami masalah yang ada merupakan hal yang penting bagi kesuksesan di masa depan.
Hampir setahun setelah meluncurkan Amadeus Next untuk bekerja dengan startup travel di Asia, berikut adalah pandangan saya tentang faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kesuksesan sebuah startup.
Berinvestasi pada koneksi digital
Kapan terakhir kali kamu menggunakan PC untuk memesan kendaraan, membayar tagihan, atau memesan makanan? Prestasi Asia dalam hal adopsi mobile telah menjadikan kawasan ini sebagai kekuatan ekonomi yang mengandalkan perangkat mobile.
Negara yang lebih matang seperti Singapura dan Malaysia telah mengadopsi banyak perangkat. Sementara itu, negara seperti Indonesia dan Filipina sudah melampaui masa desktop, interaksi online pertama di kedua negara tersebut kebanyakan terjadi via mobile
Seiring dengan semakin besarnya peran perangkat elektronik dan profil online sebagai “perpanjangan” dari diri kita; setiap koneksi online yang kita buat hingga setiap aplikasi yang kita unduh, menciptakan peluang bagi pengumpulan dan analisis data.
Kemajuan interkonektivitas dan pertumbuhan data ini telah menginspirasi banyak inovasi startup. Hal ini juga memberikan startup sebuah wawasan fenomenal tentang perilaku konsumen dan pengambilan keputusan. Merujuk pada kata-kata terkenal Albert Einstein sebelumnya, kamu perlu memahami masalah terlebih dahulu sebelum berbicara tentang solusi.
Selain memiliki ide yang inovatif, pengalaman konsumen juga akan berdampak pada penggunaan produk atau layanan yang kamu tawarkan.
Berinvestasilah pada pengembangan mobile dari produk atau layanan kamu dengan berfokus pada UI dan UX, karena hal itu membuatmu lebih menonjol daripada yang lain dan membuat pelanggan datang kembali.
Jangan meremehkan investasi berkelanjutan yang diperlukan untuk meningkatkan pengalaman mobile melalui peningkatan dan perbaikan.
Berikan ‘kejutan’ bagi pengguna
Saya sering dimintai pendapat tentang ‘the next big thing’, dan tanpa ragu saya menjawab bahwa Internet of Things akan menjadi pengubah peta permainan di masa depan. Inilah saat di mana kita akan benar-benar melihat khayalan-khayalan di cerita fiksi ilmiah menjadi kenyataan. Tentunya ini akan menjadi kesempatan yang sangat besar bagi perusahaan mapan maupun startup.
Sama halnya ketika saya berada di kantor dengan sebuah headset virtual reality (VR) di meja, saya harus mengakui betapa bersemangatnya saya ketika memikirkan tentang masa depan VR, terutama di ranah bisnis kami– travel.
Startup bisa menggunakan VR untuk merayu dan mempengaruhi keputusan pembelian. Kita sudah sering melihat bagaimana perusahaan travel seperti agen pariwisata dan hotel memanfaatkan VR untuk menyalakan inspirasi lewat tur-tur virtual destinasi liburan.
Seiring makin banyaknya wisatawan yang menggunakan mobile phone untuk merencanakan liburan, tentu saja VR bisa menjadi sebuah ladang berkembang bagi startup. Saya sendiri tidak sabar untuk melihat hasilnya.
Meskipun kita tidak berharap startup bisa tiba-tiba menjadi paranormal dan memprediksi masa depan, mempunyai perspektif yang jelas terhadap tren dan isu yang dialami konsumen merupakan hal yang penting. Sebuah inovasi akan menonjol dan sukses bukan hanya karena bisa meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Tapi karena bisa menciptakan sebuah hasrat atau memenuhi kebutuhan yang bahkan sebelumnya tidak diketahui oleh konsumen. Sebelumnya, tidak ada yang mengira bahwa tinggal di rumah orang bisa menjadi bagian liburan yang mengasyikkan, atau menumpang di mobil orang asing bisa menjadi sebuah gaya hidup.
Sharing Economy adalah contoh sempurna betapa sebuah konsep sederhana bisa mengubah berbagai sektor, industri, dan bahkan undang-undang. Sebuah konsep yang cerdas dan inovatif dalam memanfaatkan hal-hal yang sudah ada untuk tujuan komersial.
Ini sejalan dengan ungkapan yang mengatakan bahwa terkadang inovasi terbaik adalah inovasi yang dikembangkan dari ide sederhana atau untuk mengatasi masalah yang paling umum.
BorderPass, salah satu startup bagian dari Amadeus Next mencerminkan hal itu. Startup ini ingin mempercepat waktu penumpang saat melalui proses imigrasi di bandara. Ada juga startup bernama Audio Compass yang menjadikan smartphone seolah berperan sebagai seorang pemandu tur lokal.
Passion
Dengan pengalaman tinggal di Asia selama lebih dari 12 tahun dan menjalankan Amadeus Next selama hampir setahun, saya tidak akan menyangkal tentang dedikasi dan semangat berinovasi di kawasan ini. Sementara saya terdorong oleh momentum, membangun presensi adalah tantangan yang akan semakin sulit bagi startup.
Jaga passion kamu dan jangan pernah berhenti melakukannya. Passion adalah aset terbesar dari startup kamu. Teruslah belajar dan memperoleh perspektif baru. Ketika pertama kali beroperasi, saya kira pendanaan adalah tantangan terbesar bagi banyak startup. Sampai akhirnya ketika saya bekerja dengan mereka, saya mulai paham bahwa mereka lebih fokus pada teknologi dan akses ke pelanggan.
Jangan meremehkan kekuatan kerja tim dan kemitraan. Mintalah pendapat atau bekerja samalah dengan pihak eksternal untuk mengembangkan perspektif kamu.
Amadeus sudah ada selama hampir 30 tahun, tapi kami tahu bahwa kami tidak bisa melakukannya sendirian, dan kami sangat menghargai apa yang bisa kami pelajari dari pihak lain, terutama startup. Maka dari itu kami berkolaborasi dengan hampir 30 partner yang punya ketertarikan sama terhadap teknologi travel untuk mengembangkan komunitas startup di Asia Pasifik.
Jika dipikir-pikir, berkencan tak jauh beda dengan mendirikan startup. Komunikasi antara satu dengan yang lain telah menjadi semakin digital. Presensi online memberikan informasi penting tentang kepribadian sesorang. Dan tidak perlu ditanyakan lagi bahwa kamu perlu passion dalam sebuah hubungan. Kejutan juga merupakan bagian penting untuk membuat hubungan kalian tetap menarik.
Jadi, untuk orang yang tidak sengaja saya dengar keluhannya, mungkin saja berkencan dengan seseorang dari ranah startup bisa mengubah nasib percintaanmu.
#KALAU ANDA BUTUH HANDPHONE, KAMERA DAN LAPTOP KLIK DISINI!
No Comments